oleh. Andrea Sicilia, BA. | ID. |
Imj. 'mava. Mac OSX 10.6.8' ©mava. art.media
TAHUN 2009 APPLE MERILIS Mac OS X 10.6 SNOW LEOPARD. VERSI TERAKHIRNYA 10.6.8 MENGINGATKAN KITA AKAN 10.2.8 JAGUAR YANG MENGAGUMKAN DI KUARTAL AKHIR 2003. QUARTZ EXTREME YANG DIDESAIN DIDALAMNYA MERUPAKAN SATU DARI SEKIAN PARTISI TEKNOLOGI PERANTI-LUNAK YANG BERHASIL BEKERJA-SAMA DENGAN PERANTI-KERAS EFEKTIF DAN EFISIEN.
Sejak rilis pertamanya, 10.0 Cheetah, Apple telah menerapkan repetisi yang baik dalam memproduksi sistem operasi Mac-nya. Cheetah yang rilis Maret s/d. Juni 2001 merupakan versi orisinil dari studi produk sebelumnya, yakni Kodiak yang merupakan versi beta publik yang didahului dengan rilis developer Rhapsody Grail1Z4 di Agustus 1997 hingga terakhirnya DR2 di Mei 1998. Begitu juga halnya 10.2 Jaguar yang rilis 24 Agustus 2002 hingga terakhirnya 10.2.8 di 3 Oktober 2003 adalah wujud nyata dari studi 10.1 Puma. Berlanjut dengan 10.4 Tiger di 2005 s/d. 2007 dengan studi 10.3 Panther. Hingga 10.6 Snow Leopard yang rilis 28 Agustus 2009 dengan 10.6.8 nya di 25 Juli 2011 merupakan wujud produk dari studi 10.5 Leopard di 2007 s/d. 2009. Dan 10.7 Lion di 2011 s/d. 2012 adalah studi untuk 10.8 Mountain Lion di 2012 s/d. 10.8.5 di 3 Oktober 2013. 10.9 Mavericks kemudian menjadi studi tersendiri pada rilisnya di 22 Oktober 2013 yang lalu.
Melihat pada kinerja, sebenarnya OS X mengalami penurunan kualitas sejak perpindahan peranti-keras Mac dalam hal ini prosesornya, dari PowerPC ke x86. Hanya demi sinkronisasi umum dalam sinergi pengembangan teknologi ke depan dan efisiensi pengembangan enjin dalam-rumah, maka Apple mengambil keputusan ini. Secara idealis, langkah ini adalah langkah generalisasi teknologi yang menurunkan eksklusivitas Apple sebagai merek teknologi terdepan, namun secara realis bersandar pada strategi pasar, langkah ini dapat ditolerir.
Kita bandingkan saja langsung satu poin inti antara peranti-keras PowerPC dan x86 pada sinerginya dengan peranti-lunak OS X untuk memperjelas antara langkah dalam-rumah dan generalisasi yang dapat diambil Apple. Adalah karakteristik inti yang dimiliki masing-masing prosesor yang menentukan hal ini. Untuk lebih jelas, dapat kita lihat pada tabel berikut:
Melihat pada kinerja, sebenarnya OS X mengalami penurunan kualitas sejak perpindahan peranti-keras Mac dalam hal ini prosesornya, dari PowerPC ke x86. Hanya demi sinkronisasi umum dalam sinergi pengembangan teknologi ke depan dan efisiensi pengembangan enjin dalam-rumah, maka Apple mengambil keputusan ini. Secara idealis, langkah ini adalah langkah generalisasi teknologi yang menurunkan eksklusivitas Apple sebagai merek teknologi terdepan, namun secara realis bersandar pada strategi pasar, langkah ini dapat ditolerir.
Kita bandingkan saja langsung satu poin inti antara peranti-keras PowerPC dan x86 pada sinerginya dengan peranti-lunak OS X untuk memperjelas antara langkah dalam-rumah dan generalisasi yang dapat diambil Apple. Adalah karakteristik inti yang dimiliki masing-masing prosesor yang menentukan hal ini. Untuk lebih jelas, dapat kita lihat pada tabel berikut:
Imj. 'Tabel Perbandingan Kara Inti PPC x86' ©mava. art.media
Karakteristik inti pada tabel diatas adalah yang tidak dimiliki pada masing-masing prosesor. Penjabarannya adalah PowerPC memiliki kompatibilitas tinggi dengan OS X yang sinerginya menghasilkan turunan pengkodean kompleks dan berdiri sendiri / eksklusif, karena hanya Apple yang menggunakan komposisi ini. Jadi dalam produksi, PowerPC dan OS X tidak pernah dan tidak akan pernah kompatibel dengan produksi lainnya, seperti x86 yang kompatibel dengan Windows maupun Linux. Hanya dengan eksklusivitas ini OS X mendapatkan stabilitas, menyeluruh, baik peranti-keras dan lunak. Kalkulasi kinerja menjadi hebat bukan ketika kita bekerja menggunakan komputer yang sudah cepat juga tanpa crash dan virus, sekalipun kecepatannya hanya 2/3 dari produk 3/3 yang beredar, namun produk 3/3 tersebut mengalami masalah rutin dengan crash dan virus yang menjadikannya hanya 1/3. Dengan begitu sebenarnya kita sedang menggunakan komputer 4/3.
Hanya komputer 4/3 tersebut tidak memiliki poin komputer 1/3 itu sendiri, yakni karakteristik x86, Enjin Grafis. Harus diakui Intel memang sudah mendesain x86 dari awalnya untuk menjadi produk general dengan kemampuan grafis yang mumpuni. Pengkodeannya untuk kompatibilitas dengan peranti-lunak adalah mendasar dan simpel. Ia memberikan keleluasaan sepenuhnya pada Developer manapun untuk mengembangkan dan menerapkan konfigurasi mereka sendiri ke dalam sistem mereka masing-masing. Bandingkan dengan PowerPC yang eksklusif pada Apple, IBM, Motorola sebagai otoritas.
Dan walaupun Apple ahli dalam GUI, namun Intel tampaknya sebagai produsen prosesor telah melihat lebih jauh bagaimana GUI nantinya dapat menjadi manfaat universal. Dengan modal ini mereka mengembangkan prosesor yang memiliki kemampuan kinerja terbaik dalam bekerja-sama dengan peranti-lunak grafis maupun peranti-keras grafis. Kompleksitas pengkodean teratasi karena sumber yang terbuka. Tiap peranti-lunak, termasuk sistem operasi seperti DOS, Windows, Linux, BSD, Solaris dapat berfungsi dan mengakselerasi x86 hingga batas maksimalnya. Dan hal ini mendorong kemajuan aplikasi Developer-Developer peranti-lunak termasuk untuk sistem operasi tersebut tadi. Dengan begitu lompatan spasi alamat fisik/linear dapat dicapai dalam jangka waktu pendek - menengah yang tadinya hanya dicapai dalam jangka waktu panjang. Dengan lompatan ini, peningkatan GPU menjadi lebih optimal, hal ini bisa dilihat pada grafis itu-
Hanya komputer 4/3 tersebut tidak memiliki poin komputer 1/3 itu sendiri, yakni karakteristik x86, Enjin Grafis. Harus diakui Intel memang sudah mendesain x86 dari awalnya untuk menjadi produk general dengan kemampuan grafis yang mumpuni. Pengkodeannya untuk kompatibilitas dengan peranti-lunak adalah mendasar dan simpel. Ia memberikan keleluasaan sepenuhnya pada Developer manapun untuk mengembangkan dan menerapkan konfigurasi mereka sendiri ke dalam sistem mereka masing-masing. Bandingkan dengan PowerPC yang eksklusif pada Apple, IBM, Motorola sebagai otoritas.
Dan walaupun Apple ahli dalam GUI, namun Intel tampaknya sebagai produsen prosesor telah melihat lebih jauh bagaimana GUI nantinya dapat menjadi manfaat universal. Dengan modal ini mereka mengembangkan prosesor yang memiliki kemampuan kinerja terbaik dalam bekerja-sama dengan peranti-lunak grafis maupun peranti-keras grafis. Kompleksitas pengkodean teratasi karena sumber yang terbuka. Tiap peranti-lunak, termasuk sistem operasi seperti DOS, Windows, Linux, BSD, Solaris dapat berfungsi dan mengakselerasi x86 hingga batas maksimalnya. Dan hal ini mendorong kemajuan aplikasi Developer-Developer peranti-lunak termasuk untuk sistem operasi tersebut tadi. Dengan begitu lompatan spasi alamat fisik/linear dapat dicapai dalam jangka waktu pendek - menengah yang tadinya hanya dicapai dalam jangka waktu panjang. Dengan lompatan ini, peningkatan GPU menjadi lebih optimal, hal ini bisa dilihat pada grafis itu-
Imj. 'Apple Intel' ©Apple, Inc.
sendiri sebagai implementasinya yang terus menerus terbarui secara periodik. Pembaruannya dapat terstruktur dengan rapi, API seperti OpenGL dan DirectX mengabstraksi GPU dengan baik karena kompatibilitas x86 tadi, bahkan pemrosesannya mengakselerasi fisik peranti-keras pada batas teratasnya, yang tujuan utamanya adalah render vektor yang semakin realis. Intinya kita dapat merekayasa tiap komponen untuk pengembangan teknologi tertentu dalam menghasilkan aplikasi atau produk yang memberikan solusi bagi tiap pekerjaan universal. Misalnya aplikasi vektor, aplikasi permodelan, render dan animasi 3D, CAD, dsb.
Namun karena sumber yang terbuka tersebut, proses rekayasa menjadi tumpang tindih dalam standarisasi peranti yang mengakibatkan crash dan gangguan keamanan.
Inilah yang selanjutnya membuat Apple melihat sebuah peluang untuk perusahaannya ke depan. Dengan mempertahankan standar peranti-lunak mereka, juga peranti-keras, namun melihat hanya pada keunggulan x86 sebagai prosesor universal untuk produk-produk Apple ke depan. Apple mengira langkah ini akan menjadikan produk mereka produk 5/3 dan mengalahkan telak semua produk lainnya tanpa karakteristik sama sekali. Menjadikan mereka satu-satunya produk komputer terbaik dan sempurna.
Namun, kembali berdasarkan tabel karakteristik inti diatas, seiring rilis 10.5 Leopard, Mac OS X hanya menempati posisi PC tanpa karakteristik intinya dan kehilangan karakteristik intinya sendiri. x86 pada Mac OS X = produk (4/3 - 2/3)-1/3. Mac = Windows!
Hal ini disadari betul oleh Apple, karena itulah 10.6 Snow Leopard lahir. Teknik kompatibilitas penuh terhadap prosesor diterapkan. Studi Leopard seperti sertifikasi “Universal” untuk aplikasi yang didesain dapat berjalan baik di PowerPC dan Intel; keduanya, dioptimalisasi Apple sepenuhnya. Sertifikasi Universal ini menjadi semacam jembatan yang berfungsi sebagai transisi kompatibilitas peranti-lunak Mac OS X. Butuh waktu lebih-kurang dua tahun (2007 - 2009) sebelum akhirnya Mac OS X mulai stabil bersama x86, dengan rilisnya 10.6 Snow Leopard. Walau pada perjalanan perubahan ini karakter-karakter teknis prinsipil Apple dikorbankan dan/atau ditinggalkan, seperti dukungan teknologi Classic OS 9 untuk kompatibilitas aplikasi dan teknik Mac OS 9 dan sebelumnya.
Namun karena sumber yang terbuka tersebut, proses rekayasa menjadi tumpang tindih dalam standarisasi peranti yang mengakibatkan crash dan gangguan keamanan.
Inilah yang selanjutnya membuat Apple melihat sebuah peluang untuk perusahaannya ke depan. Dengan mempertahankan standar peranti-lunak mereka, juga peranti-keras, namun melihat hanya pada keunggulan x86 sebagai prosesor universal untuk produk-produk Apple ke depan. Apple mengira langkah ini akan menjadikan produk mereka produk 5/3 dan mengalahkan telak semua produk lainnya tanpa karakteristik sama sekali. Menjadikan mereka satu-satunya produk komputer terbaik dan sempurna.
Namun, kembali berdasarkan tabel karakteristik inti diatas, seiring rilis 10.5 Leopard, Mac OS X hanya menempati posisi PC tanpa karakteristik intinya dan kehilangan karakteristik intinya sendiri. x86 pada Mac OS X = produk (4/3 - 2/3)-1/3. Mac = Windows!
Hal ini disadari betul oleh Apple, karena itulah 10.6 Snow Leopard lahir. Teknik kompatibilitas penuh terhadap prosesor diterapkan. Studi Leopard seperti sertifikasi “Universal” untuk aplikasi yang didesain dapat berjalan baik di PowerPC dan Intel; keduanya, dioptimalisasi Apple sepenuhnya. Sertifikasi Universal ini menjadi semacam jembatan yang berfungsi sebagai transisi kompatibilitas peranti-lunak Mac OS X. Butuh waktu lebih-kurang dua tahun (2007 - 2009) sebelum akhirnya Mac OS X mulai stabil bersama x86, dengan rilisnya 10.6 Snow Leopard. Walau pada perjalanan perubahan ini karakter-karakter teknis prinsipil Apple dikorbankan dan/atau ditinggalkan, seperti dukungan teknologi Classic OS 9 untuk kompatibilitas aplikasi dan teknik Mac OS 9 dan sebelumnya.
Imj. 'iPhone 6 & iPhone 6+' ©Apple, Inc.
Dari sini tentunya kita sudah bisa melihat bagaimana peta generalisasi Apple dimulai. Suatu penurunan evolusioner berikutnya. Ekspertis komputer simbol persilangan art-teknologi tinggi mulai disinkronisasi dengan pasar rata-rata. Eksklusivitas pasar pro dan premium mulai disamakan dengan pasar SOHO hingga pengguna rumahan, sejalan dengan ‘membesarnya’ korporasi Apple yang sudah tidak eksklusif lagi di komputer melainkan mulai merambah pangsa konsumen elektronik umum.
Khalayak menyangka bahwa perubahan ini membawa Apple menjadi lebih perfeksionis dikarenakan pemasaran Apple yang memang ‘perfeksionis’. Namun sebenarnya hal ini hanya akan membawa Apple menjadi lebih-kurang seperti Sony, mengira bahwa mereka dapat menciptakan, mendesain, memasarkan segalanya; dengan nilai merek yang mereka punya. Padahal pelan namun pasti strategi ini bisa menjadi nuklir bagi Apple, persis seperti saat mereka meluncurkan Lisa di Flint Center di De Anza College, 19 Januari 1983. Dan LaserWriter yang membabi-buta.
Mari kita cermati dari fokus perusahaan itu sendiri. iPhone adalah wujud nyata dari studi Apple sebelumnya yakni iPod yang berlanjut iPad kemudian. Fokus yang tadinya desktop yang powerful kini mengecil menjadi mobile. Apple yang tadinya berkomitmen menjadi inspirator penuh korporasi pada pasar Power dan large Business sejak 2007 mengubah titik interesnya kepada pasar konsumen elektronik yang general baik Mobile, SOHO, Home dengan komunikasi pemasaran yang ‘seakan’ mempertahankan kekuatan high-end nya demi profit yang tetap.
Snow Leopard adalah wujud visi Apple untuk komputansi mutakhir 5/3 tadi. Ia tidak hanya mengembalikan karakteristik inti x86, namun juga berhasil mewujudkan karakteristik inti PowerPC pada x86. Dan menurunkan komposisi eksklusif PPC OS X menjadi x86 OS X. Plus mewujudkan efisiensi pengembangan enjin dalam-rumah Apple.
Namun hal ini tidak berlanjut. 10.6.8 adalah batas kehebatan kompatibilitas x86 OS X. Karena Apple yang terlampau terobsesi dengan karakteristik inti x86, yaitu Enjin Grafis, maka mereka mulai mengalami penurunan kualitas Mac OS X di 10.7 berlanjut 10.8 yang puncaknya di 10.9. Alih-alih mengakui bahwa mereka mengalami kendala dalam pengembangan optimalisasi x86 OS X, Apple malah mengalihkan perhatian dengan strategi pemasaran menyatakan sinkronisasi iOS. Dan kendala pengembangan ini semakin parah dan terasa ke seluruh ekosistem Apple saat alterasi grafis menyeluruh diambil oleh Apple mengubah keseluruhan grafis dan sistem peranti-lunak nya pada rilis 10.9 Mavericks. Melalui bahasa pemasaran mereka mengatakan bahwa ini adalah kelanjutan inovasi Apple mempertahankan, berevolusi dalam idealisme mereka yakni Simplisitas. Dan mengatakan Desain peranti-lunak ini bahkan digambar, dilukis, didesain oleh Jony Ive sendiri, yang tidak lain adalah Senior Vice President Design Apple sejak 1996, yang telah berhasil membawa Apple ke puncak dengan desain produk aluminium yang segar, hingga teknik desain uni-bodi produk mac yang artistik nan estetis; Namun pertanyaannya adalah, jika komunikasi pemasaran ini selaras dengan pengembangan kualitas tersebut, mengapa pada lini produk yang menggunakan iOS, seperti iPhone dan iPad, Apple menambah ko-prosesor? Terlebih lagi saat WWDC 2014, 2 Juni lalu, presentasi kelanjutan 10.9 ke 10.10. Bukankah tiap fitur 10.10 Yosemite telah dimulai oleh Windows 7?
Sehubungan dengan OS X, iOS sebenarnya hanya partisi kecil Mac OS X yang tadinya direncanakan hebat, namun janji hidup bersama Intel seperti ‘merusak’ evolusi OS X yang menuju hebat itu. Kita dapat melihat secara nyata hal ini melalui tema grafis yang hingga 10.8 Mountain Lion berkembang matang pada karakter realis yang posmo, namun tiba-tiba saja menjadi generik di 10.9 Mavericks. Apakah teknologi Intel tidak cukup kuat menampung karakter realis yang posmo dari pengembangan grafis OS X yang tadinya mengarah ke 3D Interaktif? Ataukah usaha kompatibilitas ini terjebak di tengah jalan sejak stabilisasinya di 2009 bersama 10.6 Snow Leopard? Bagi yang menjawab ini hanyalah bagian dari strategi perpanjangan konsistensi hidup baru dan kontinuitasnya, sepertinya terlalu tergesa-gesa. Karena jika hal ini adalah bagian dari strategi yang lebih besar di industri art dan teknologi, berarti kita telah memasuki masa jenuh, titik stagnan era digital yang nampaknya dimulai dengan rilis OS X 10.10 Yosemite.
Karena jika kita sudah melihat Yosemite atau bahkan mencoba pratinjaunya, sekilas pengembangan tema grafisnya mengingatkan kita pada Windows 7 di 2009. Coba lihat desain keranjang sampahnya, lalu lihat desain translusensnya, kemudian mode gelapnya. Bukankah ini sudah dimulai bertahun-tahun sebelumnya oleh Windows 7?
Semakin jelas disini bahwa OS X dengan x86 benar-benar mengeneralisir kualitas teknologi Apple yang tadinya high-end dan memenuhi kebutuhan pengguna pro atau power-user nan eksklusif, menjadi menengah-ke-bawah, demi mungkin meraih pasar yang besar yang memang dimiliki menengah-ke-bawah? Pragmatisnya terlihat sejak rilis iPhone 5c yang didahului iOS 7 dan Mac Pro.
Dan tidak berhenti disitu saja, kembali kepada obsesi, kita bisa melihat jelas hal ini saat WWDC tersebut, dengan pengumuman rilisnya API Grafis Apple untuk iOS ke depan bernama Metal, juga lapisan API untuk Cocoa & Cocoa Touch bernama Swift.
Proses ini menjadi mengingatkan kita kembali kepada saat Steve Jobs meninggalkan Apple pertama kali di bulan September 1985, di ‘zaman kegelapan’ yang hampir menghancurkan Apple, hingga 1996an dimana akhirnya Steve Jobs kembali dari pembelian Apple atas NeXT senilai lebih-kurang US$400 juta, perusahaan baru Steve Jobs sepeninggalnya dari Apple di ‘zaman kegelapan’ Apple tersebut.
Bagi yang menganalisa bahwa ini semua adalah kelanjutan strategi teknik “tetesan” yang cukup berhasil membawa Apple hingga titiknya saat ini, yakni pengumuman iPhone 6 di tempat yang sama Lisa diluncurkan; berarti mengaminkan penurunan evolusioner industri ini. Karena memang banyak developer atau pengembang yang tidak belajar dari solusi NeXT di 1988. NeXT yang hanya terjual 50.000 unit selama lebih dari empat tahun membuktikan hal ini; terlepas dari sebagian karena mahalnya harga produk yang ditawarkan, karena teknologinya yang terlampau tinggi -
Namun secara kasatmata saja, NeXT yang diunifikasi dengan System 8 dan PowerPC yang “ditetes” secara berkesinambungan adalah OS XI Sejati. Dan sudah seharusnya rilis “OS XI” tersebut berbarengan dengan peluncuran yang harus revolusioner; produk Mac berikutnya, diikuti iPhone 7 dan iOS berikutnya; Apple harus melakukan lompatan besar dengan revolusi sistem secara menyeluruh kembali, tidak lebih dari tahun 2018, untuk memecah kebekuan aliran inovasi digital dan mencegah Apple masuk ke ‘zaman kegelapan’ berikutnya yang jika sampai lolos untuk terjadi, akan membawa kepada ‘kejatuhan’ perusahaan secara menyeluruh untuk pertama kalinya di abad 21 dibawah kepemimpinan Tim Cook yang dapat ditandai gejalanya yang mirip dengan Lisa (1983), Newton (1993), Pippin (1996) atau LaserWriter (dan kakaknya, LaserWriter Plus) (1985, 1986); yang ngerinya sepertinya mulai terlihat dengan OS X 10.10 Yosemite, iPhone 6 (dan kakaknya, iPhone 6 Plus) dan Apple Watch; saat ini, yang titiknya seperti ter-repetisi kembali di tempat yang sama, 9 September 2014 yang lalu, di Flint Center di De Anza College.
Andrea Sicilia adalah Ilustrator mava.® art.media, percaya bahwa nilai produk bertumpu pada karakter artistiknya, yang menentukan ekuitas merek produk tersebut. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai Produk dan Inovasi, Anda dapat berkomunikasi melalui akun twitter mava.® seperti yang tertaut pada tombol logo media sosial di kaki laman paling bawah situsweb ini.
Untuk menjadwalkan suatu pertemuan dengannya, silahkan kirimkan surel Anda ke atelier.galeri@mavapersero.org
dengan subjek ‘permintaan pertemuan IL’ u.p. Emene Fenny - Art Assistant.